Homecare Company

Cantik, Alami, nan Syar'i

Minggu, 04 Oktober 2015

Mengenal Metode Perawatan Tulang Belakang "Chiropractic"



Chiropractic merupakan salah satu metode terapi tulang belakang, yang banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai dunia saat ini. Chiropractic ditemukan pada tahun 1895, oleh Daniel David Plamer, seorang imigran asal Kanada yang tinggal di Amerika Serikat. Selanjutnya, chiropractic berkembang pesat di beberapa negara seperti Amerika, Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Perkembangan Chiropractic di Indonesia terkesan lambat karena selama ini hanya dapat diklasifikasikan sebagai terapi pendamping.

Chiropractic adalah metode terapi yang memfokuskan pada pengkoreksian tulang belakang, otot, dan persendian saraf. Koreksi yang dimaksud adalah membantu pergerakan sendi tulang belakang menjadi optimal, sehingga menghilangkan iritasi pada susunan saraf pusat yang terletak di tulang belakang. Chiropractic percaya susunan pada saraf pusat mempengaruhi semua elemen kehidupan kita, mulai fungsi dari sel, jaringan, dan organ. Selain itu, semua kegiatan tubuh diatur oleh saraf, mulai dari bergerak, merasakan, hingga mekanisme semua sistem dalam tubuh kita.

Dokter Inez, praktisi chiropractic dari Citralife Chiropractic, mengatakan, “Terapi utama dalam chiropractic adalah koreksi terhadap subluksasi, yaitu gangguan pada letak maupun fungsi dari tulang belakang.” Ia menambahkan, setelah melakukan pemeriksaan (terutama motion palpation), yang dikoreksi itu adalah sendi yang tidak bergerak optimal, sedangkan untuk sendi yang sudah bergerak tidak dikoreksi, karena dapat menimbulkan hypermobility. Namun, ranah chiropractic juga memiliki cakupannya sendiri, bila pasien mengalami dislokasi (geser), maka harus segera dirujuk ke dokter Ortopedi. Hal tersebut juga berlaku bagi kondisi fraktur serta malignansi (keganasan). “Bila pasien dengan disc bulging mengeluh nyeri atau kesemutan, maka masih bisa diobati dengan chiropractic. Yang harus diperhatikan bila ada tanda-tanda seperti rasa lemah pada tungkai bawah, tidak dapat mengontrol buang air kecil dan besar serta ada rasa mati di daerah kemaluan (saddle anesthesia), harus segera dirujuk karena itu sudah tidak dapat ditangani chiropractor.”



Metode Utama Penanganan Subluksasi
Subluksasi berarti pergeseran letak tulang (sering tidak kasat mata) yang menimbulkan gangguan pada fungsi tulang tersebut dan struktur sekitarnya. Subluksasi berbeda dengan dislokasi yaitu di mana pergeseran tulang belakang  jelas terlihat. Hal ini dapat terjadi di tulang belakang (backbone) atau bagian lain mana pun yang memiliki persendian-persendian. Subluksasi dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan subluksasi antara lain:
  • Mekanik, misalnya: suatu trauma ketika kecelakaan mobil, ataupun karena jatuh.
  • Chemical, misalnya: suatu gangguan karena adanya infeksi, gangguan pencernaan atau respirasi. Disamping itu, juga dapat diakibatkan adanya toksin yang membuat iritasi.
  • Stress, misalnya: ketegangan yang menyebabkan terjadi subluksasi, contohnya pada orang yang mudah panik, maupun pada orang yang berhadapan dengan tekanan mental yang berat setiap harinya.

Keadaan subluksasi tidak selalu menimbulkan rasa sakit, sehingga terkadang sering dikesampingkan. Beberapa gejala kadang dianggap sepele seperti sakit kepala di tengkuk, sakit pinggang, kesemutan, migraine, nyeri di tangan dan kaki, problem mengompol pada anak, dan sebagainya. Bila subluksasi terjadi  berulang-ulang maka akan menimbulkan resiko yang lebih parah.

Oleh sebab itu, subluksasi tidak bisa dipukul rata, jadi harus melihat bagaimana keadaan pasien. Tingkat rasa sakit yang dialami setiap orang berbeda. Karenanya, pencegahan dan penanganan yang utama hanyalah melalui pengecekan secara berkala.

“Tubuh sebenarnya pintar. Kalau subluksasi karena chemical, biasanya tubuh memang bisa membantu menyembuhkan kembali. Tubuh kita memiliki kemampuan yang disebut innate intelligence di mana tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Dengan koreksi chiropractic, kita memfasilitasi tubuh untuk berada pada homeostasis yang benar, sehingga proses penyembuhan tersebut lebih cepat terjadi” ujar dr. Inez.

Tanpa Gejala Bukan Berarti Tanpa Gangguan
Mungkin kita sering terheran-heran, bagaimana beberapa orang dengan profesi pekerja kasar dapat bekerja sangat keras dengan memanggul banyak barang berat pada pundak  atau punggung. Akan tetapi, nampaknya, mereka cukup terbiasa tanpa harus merasa sakit di bagian punggung. Tapi jangan salah, meski tanpa ada gejala sekali pun, bukan berarti tidak ada gangguan pada tulang kita. Justru rasa sakit biasanya terjadi di kemudian hari. Beberapa resiko gangguan tulang belakang juga dapat hadir dalam setiap kegiatan para pekerja  kantoran. Misalnya bagi orang yang harus duduk di depan komputer biasanya akan mulai mengeluh gangguan di punggung atau pundaknya. Bisa jadi, hal itu adalah gejala awal terjadinya subluksasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar